Beberapa minggu terakhir setelah publik dihebohkan dengan kabar pernikahan muda putra seorang Ustad yang tersohor di Negeri ini, muncul beragam opini dari sejumlah kalangan. Kurang lebih begini, alangkah lebih baik menikah muda dari pada pacaran lama-lama.
Sontak statemen tersebut sempat membuat sebagian anak muda menjadi galau. Mereka seakan terbawa arus dalam euforia tersebut, dan tak sedikit dari mereka yang meminta untuk segera dinikahi oleh pasangannya. Bahkan ditemukan dalam beberapa artikel muncul wacana dari salah satu komunitas yang sedang mengkampanyekan gerakan Indonesia tanpa pacaran.Mereka mendesak MUI untuk segera membuat Fatwa bahwa pacaran itu haram.Sudah pasti akan ada pro dan kontra dari wacana tersebut.
Memutuskan menikah muda memang tidak ada salahnya jika memang dari kedua belah pihak memang benar-benar sudah siap semuanya. Baik dalam segi materi maupun kesiapan batinnya. Ketika seseorang memutuskan untuk menikah dia harus menerima konsekuensi yang ada,s alah satu contoh kongkritnya adalah kesiapan mereka untuk menjadi orang tua. Tidak sedikit orang yang mengatakan,tidak usah takut untuk menikah rejeki sudah ada yang mengatur.
Sebenarnya
bukan semata mata menyangkut materi saja tetapi lebih pada kesiapan
mental,apakah memang secara mental dan batinnya sudah siap ataukah menikah
hanya untuk menyelamatkan generasi muda dari yang namanya perzinahan? Memang
benar itu bisa jadi satu dari sekian alasan,tapi sadarkah kita kalo pernikahan
itu adalah sesuatu yang sangat suci, sakral dan tentunya semua orang berharap
bahwa pernikahan terjadi hanya satu kali seumur hidup. Lantas bagaimana jika
dalam perjalanannya ada permasalahan yang mereka sendiri belum dapat
menyelesaikan?Tidak jarang ada yang memilih perceraian sebagai jalan.Jangan
sampai karena jumlah angka pernikahan usia muda meningkat diimbangi pula dengan
tingginya angka perceraian.
Begitu halnya dengan pacaran,belum ada aturan yang membenarkan pacaran itu benar atau salah. Pacaran jika tujuanya untuk saling mengenal satu sama lain, saling mendukung satu sama lain kenapa tidak?.Tapi seiring berkembangnya jaman ditambah pengarus sosial media dan era digital sekarang ini ketika kita mendengar kata pacaran,sudah pasti selalu image negatif yang muncul.Apalagi melihat gaya pacaran anak jaman sekarang yang semakin berani dan fulgar. Disinilah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk menanamkan fondasi iman serta mengarahkan dan menunjukkan mana yang baik dan benar. Bahkan kalo perlu peran orang tua sangat diharapkan untuk “mendimpingi” nya.
Begitu halnya dengan pacaran,belum ada aturan yang membenarkan pacaran itu benar atau salah. Pacaran jika tujuanya untuk saling mengenal satu sama lain, saling mendukung satu sama lain kenapa tidak?.Tapi seiring berkembangnya jaman ditambah pengarus sosial media dan era digital sekarang ini ketika kita mendengar kata pacaran,sudah pasti selalu image negatif yang muncul.Apalagi melihat gaya pacaran anak jaman sekarang yang semakin berani dan fulgar. Disinilah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk menanamkan fondasi iman serta mengarahkan dan menunjukkan mana yang baik dan benar. Bahkan kalo perlu peran orang tua sangat diharapkan untuk “mendimpingi” nya.
Sebagai
contohnya orang tua saya tidak melarang saya pacaran ketika masih sekolah dulu,
boleh pacaran dengan syarat kalo pacaran harus dirumah,ada pengawasan orang
tua. Sekarang saya tau kenapa alasannya. Karena ketika anak semakin dilarang
maka semakin besar kemungkinannya untuk melanggarnya. Atau kalo jaman sekarang
istilahnya backstreet.
Jadi
entah mau pacaran dulu sebelum menikah atau mau menikah dulu sebelum pacaran
itu tidak ada yang salah semua tergantung kesiapan pribadi masing-masing dari
sudut mana dia memandang.
Think
smart yaa gays and always be positive
Tidak ada komentar:
Posting Komentar