Sekaten berasal dari kata sekati, yaitu nama dari dua perangkat gamelan pusaka Kraton Yogyakarta yang bernama Kanjeng Kyai Sekati yang ditabuh dalam rangkaian acara peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ada pula yang menyebutkan Sekaten berasal dari kata suka dan ati yang berarti suka hati atau senang hati. Hal ini didasarkan bahwa pada saat menyambut perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW, orang-orang dalam suasana bersuka hati.
Puncak dari acara sekaten ini adalah
Grebeg Maulud. Keraton Yogyakarta dan Surakarta setiap tahun mengadakan upacara
grebeg sebanyak 3 kali, yaitu Grebeg Syawal pada saat hari raya Idul Fitri,
Grebeg besar pada saat hari raya Idul Adha, dan Grebeg Maulud atau sering
disebut dengan Grebeg Sekaten pada peringatan Maulid Nabi Muhammad setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Islam. Grebeg
adalah upacara adat berupa sedekah yang dilakukan pihak kraton kepada
masyarakat berupa gunungan. Gunungan tersebut berisi hasil bumi seperti kacang-kacangan,
buah, berbagai macam sayuran yang disusun melingkar. Grebeg Maulud ditandai
dengan dikeluarkannya gunungan makanan dari dalam kompleks keraton dan dibawa
menuju Masjid Agung Keraton. Gunungan tersebut biasanya menjadi rebutan warga. Setiap
orang akan bersaing sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan hasil-hasil bumi yang
berada di dalam gunungan. Sebelum diperebutkan, gunungan didoakan terlebih
dahulu di dalam keraton agar menjadi berkah. Masyarakat mempercayai jika hasil
bumi yang berasal dari gunungan ini dibawa pulang dan ditanam di sawah atau ladang
akan menjadi subur dan bebas dari segala macam bencana dan malapetaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar