Siapa sih yang belum pernah dengar kalimat ini,“Milea kamu cantik, tapi aku belum
mencintaimu, enggak tahu kalo sore.”
Atau kalimat, “Cemburu itu hanya untuk orang yang nggak
percaya diri, dan sekarang aku sedang tidak percaya diri.”
Yapz itulah kalimat sakti yang diucapkan Dilan kepada
Milea. Sepotong kalimat ini bisa kita temukan dalam novel best seller karya
Pidi Baiq. Novel bergenre remaja ini mengangkat kehidupan seorang pelajar SMA
bernama Dilan yang berjuang mendapatkan cinta Milea Adnan Husain.
Nah yang paling seru, Pidi Baiq membuat cerita Dilan
ini dua versi yaitu, Dia adalah Dilanku tahun 1990 terbit pada tahun 2014, Dia
adalah Dilanku tahun 1991 di bagian kedua yang terbit tahun 2015, serta Milea:
Suara dari Dilan yang terbit tahun 2016 lalu.
Kira-kira apa yang membedakan ketiga novel Pidi Baiq
tersebut ya, yuk simak satu-satu.
Dilan,
Dia Adalah Dilanku Tahun 1990
Judul buku :
Dia Adalah Dilanku Tahun 1990
Penulis : Pidi Baiq
Tahun terbit :
2014
Penerbit :
Pastel Books
Di buku pertamanya, Pidi Baiq berhasil menggambarkan
secara detail bagaimana sosok Dilan serta kehidupannya. Novel setebal 348
halaman ini menggunakan alur mundur dengan setting tahun 1990an di Kota
Bandung.
Milea merupakan tokoh utama, di sini Pidi Baiq ingin
menggambarkan jika seolah-olah Milea lah yang bercerita. Hal inilah yang
membuat pembaca semakin larut dengan jalan cerita yang ringan, tidak
bertele-tele serta gaya bahasanya yang khas.
Dikisahkan Dilan adalah seorang pelajar SMA yang
merupakan anggota genk motor. Kebayang seperti apa kan seremnya anak genk
motor. Tapi ini tidak berlaku bagi Dilan, meski statusnya sebagai “Panglima
Tempur” dalam genk motor, di kesehariannya Dilan adalah anak yang baik, sopan,
cerdas juga romantis abis. Di poin terakhir inilah yang membuat Dilan begitu
digandrungi.
Pertama kali kenal tokoh Dilan, aku langsung kepikiran
sama tokoh Lupus di era 90’an (duh ketahuan banget nih umurnya) yang juga
memiliki karakter humoris, selengekan, dan unik. Di bagian awal Milea seolah
menceritakan tentang dirinya, Dilan dan juga tokoh-tokoh yang dimunculkan.
Tidak banyak memang tapi kesemuanya memiliki karakter kuat.
Tidak terlalu banyak konflik dimunculkan di buku
pertama. Hampir kesemua bab bercerita bagaimana usaha Dilan untuk merebut hati
Milea. Meski terkesan monoton tapi sebagai pembaca kita tak merasa bosan dengan
jalan ceritanya.
Dilan,
Dia Adalah Dilanku Tahun 1991
Judul buku :
Dia Adalah Dilanku Tahun 1991
Penulis :
Pidi Baiq
Tahun terbit :
2015
Penerbit :
Pastel Books
Lanjut di bagian kedua masih buku karya Pidi Baiq, Dia
Adalah Dilanku Tahun 1991 ini merupakan lanjutan kisah Dilan dan Milea. Jika
pada buku pertama banyak dikisahkan tentang masa-masa pdkt, buku kedua
dikisahkan Dilan dan Milea sudah berpacaran.
Karaker Milea begitu terasa di seri kedua ini jika
dibanding dengan seri pertama yang lebih dominan karakter Dilan.
Konflik juga mulai dimunculkan, seperti Milea yang
mulai posesif, atau kemunculan tokoh yang beberapa kali mendekati Milea, juga
keterlibatan Dilan dalam perkelahian dan tawuran yang berbuntut panjang. Dilan
ditangkap polisi dan dikeluarkan dari sekolah.
Milea,
Suara Dari Dilan
Judul buku :
Milea, Suara Dari Dilan
Penulis :
Pidi Baiq
Tahun terbit :
2016
Penerbit :
Pastel Books
Buku setebal 360 halaman ini masih lanjutan dari Dilan
series. Satu yang membuat unik, buku ini adalah jawaban dari buku pertama dan kedua di mana Pidi Baiq
seolah-olah membuat Milea lah yang bercerita dalam kisahnya.
Kini giliran Dilan yang bercerita dari versinya. Alur
yang digunakan masih alur mundur, Dilan berusaha mengklarifikasi apa yang sudah
dituliskan Milea di buku pertama dan kedua. Ada banyak jawaban serta alasan
logis yang diberikan Dilan untuk menanggapi apa yang disampaikan Milea, seperti
alasanya yang terlibat dalam perkelahian, tawuran antar genk motor, serta
perasaannya yang melihat Milea sosok yang istimewa buatnya dikelilingi banyak
lelaki yang bereput hatinya, juga penjelasan tentang sosok perempuan yang
bersamanya dipemakaman ayahnya.
Lantas bagaimana akhir kisah keduanya, happy ending
kan?
Dengan berat hati aku nggak ceritain ending Dilan series ini biar pada penasaran. Buku ini keren, dikemas dalam gaya
bahasa yang khas anak muda. Setting lokasi pada tahun 1990an juga bisa sangat
dirasakan sehingga sebagai pembaca kita dapat turut bernostalgia masa putih
abu-abu.
Saat pertama kali posting tentang novel Dilan di
medsos, ada beberapa teman yang berkomentar kalo novel ini anak muda banget dan
terkesan lebay abis. Satu kata deh buat mereka, don't judge a book by its cover.
Buku ini sangat aku rekomandasikan buat yang suka
novel fiksi dengan genre romance yang tidak monoton dan tidak membuat bosan
meski sudah dibaca berulang kali. Ada banyak insight yang bisa kita dapatkan
usai membaca novel karya Pidi baiq ini.
Akhirnya selamat membaca ya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar